LAPORAN
PRAKTIKUM
DASAR-DASAR
ILMU TANAH
ACARA
VI
ANALISIS
PROFIL TANAH
Disusun
oleh
Nama : Ken priambodo
NIM : A0B012027
Kelompok : II D3 PSL
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Profil tanah
merupakan penampang tegak tanah yang memperlihatkan berbagai lapisan tanah.
Pengamatan profil sangat penting dalam mempelajari sifat-sifat tanah secara
cepat dilapangan, terutama yang berkaitan dengan genetis dan klasifikasi tanah.
Sidik cepat beberapa sifat fisik, kimia dan biologi tanah juga biasanya
dilakukan dengan bersamaan dan merupakan bagian pengamatan profil tanah.
Evaluasi terhadap sifat-sifat tanah ini kemudian dilanjutkan secara lebih rinci
di laboratorium dengan menggunakan contoh tanah.
Contoh tanah dibedakan atas beberapa macam tergantung pada tujuan dan cara pengambilan. Bila contoh tanah diambil pada setiap lapisan untuk mempelajari perkembangan profil menetapkan jenis tanah maka disebut “contoh tanah satelit”. Contoh tanah yang diambil dari beberapa tempat dan digabung untuk menilai tingkat kesuburan tanah disebut “contoh tanah komposit”. Pengambilan contoh tanah secara komposit dapat menghemat biaya analisis bila dibandingkan dengan pengambilan secara individu ( Peterson dan calvin, 1986 ). Adalagi contoh tanah yang diambil dengan pengambilan sampel (care) dan disebut dengan contoh tanah utuh, yang biasanya digunakan untuk menetapkan sifat tanah disebut contoh tanah utuh karena strukturnya asli seperti apa adanya di lapangan sedangkan contoh tanah yang sebagian atau seluruh strukturnya telah rusak disebut contoh tanah terganggu.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dari kedua acara praktikum ini adalah :
Contoh tanah dibedakan atas beberapa macam tergantung pada tujuan dan cara pengambilan. Bila contoh tanah diambil pada setiap lapisan untuk mempelajari perkembangan profil menetapkan jenis tanah maka disebut “contoh tanah satelit”. Contoh tanah yang diambil dari beberapa tempat dan digabung untuk menilai tingkat kesuburan tanah disebut “contoh tanah komposit”. Pengambilan contoh tanah secara komposit dapat menghemat biaya analisis bila dibandingkan dengan pengambilan secara individu ( Peterson dan calvin, 1986 ). Adalagi contoh tanah yang diambil dengan pengambilan sampel (care) dan disebut dengan contoh tanah utuh, yang biasanya digunakan untuk menetapkan sifat tanah disebut contoh tanah utuh karena strukturnya asli seperti apa adanya di lapangan sedangkan contoh tanah yang sebagian atau seluruh strukturnya telah rusak disebut contoh tanah terganggu.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dari kedua acara praktikum ini adalah :
·
Untuk mempelajari sifat-sifat dari beberapa jenis
tanah pada setiap lapisan atau horison
·
Mengambil contoh tanah di lapangan untuk dianalisis di
laboratoirum
·
Menyiapkan contoh tanah sebelum dianalisis.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Profil
tanah adalah penampang vertikal tanah yang dimulai dari permukaan tanah sampai
lapisan bahan induk di bawah tanah. (Hakim, Nurhajati. 1986). Profil tanah ini
terdapat suatu solum tanah. Solum tanah merupakan penampang tanah dimulai dari
horizon A hingga horizon B.
Horizon-horizon yang menyusun profil tanah
berturut-turut dari atas ke bawah, yaitu :
1.
Horizon
O
O1 : Bahan
organik masih utuh atau bentuk asli sisa-sisa tanaman masih terlihat.
O2 : Bahan
organik sudah terlapuk
2.
Horizon
A
A1 : Peralihan
dari horizon di atasnya (bahan organik tinggi)
A2 : Horizon pencucian yang maksimal, yang tercuci adalah bahan
organik, bahan liat dan kation-kation basa.
A3 : Horizon peralihan
dari horizon A ke B yang mempunyai sifat lebih mirip dengan horizon A.
3.
Horizon
B
B1 : Horizon
peralihan dari A ke B, lebih mirip B
B2 : Horizon
penimbunan yang maksimal, yaitu bahan-bahan yang tercuci pada horizon A2
menunjukkan warna lebih gelap, tekstur lebih mampat.
B3 : Horizon
peralihan dari B ke C, lebih mirip B
4.
Horizon
C
C : Pelapukan dari batuan induk (bahan induk)
(Sarief,
Saifuddin. 1985)
Tebal horizon yang perlu diamati dalam
pengambilan profil tanah yaitu:
1. Kejelasannya yang dibedakan atas :
a.
a : abrupt (nyata), jika tebalnya < 2.5 cm
b.
c : clear (jelas), batas peralihannya 2.50 – 6.25 cm
c.
g : gradual (berangsur), batas peralihannya 6.25 – 12.5 cm
d.
d : diffuse (baur), batas peralihannya > 12.5 cm
2. Topografi batas horizon yang dibedakan atas :
a.
Smooth
: s (rata), batasnya lurus teratur
b.
Wavy : s (berombak), berbentuk kantong, lebar
> dalam
c.
Irregular : i (tidak teratur), berbentuk kantong, lebar
< dalam
d.
Broken : b (terputus), batas horizon tidak dapat
disambungkan
Setelah masing-masing horizon diketahui
batasnya, masing-masing lapisan diamati : warna, tekstur, struktur,
konsistensi, pH, perakaran, dan sebagainya. Selain ciri-ciri morfologi profil
tanah, perlu pula dicatat faktor-faktor sekelilingnya, yaitu : relief, lereng
(posisi, bentuk), bentuk wilayah, ketinggian tempat, bahan induk, drainase
(kelas), permeabilitas, bentuk erosi, vegetasi, iklim, curah hujan, permukaan
air tanah, usahatani, keadaan batu, dan sebagainya
Tanah adalah benda alam
yang mempunyai 3 dimensi ruang yaitu panjang, lebar dan kedalaman. Setiap tanah
mempunyai sifat-sifat yang khas yang merupakan hasil kerja faktor-faktor
pembentuk tanah. Akibat bekerjanya faktor-faktor pembentuk tanah ini maka
setiap jenis tanah akan menampakan profil yang berbeda.
Ciri-ciri morfologi suatu
tanah sangat berguna untuk mengetahui jenis tanah dan tingkat kesuburan
tanahnya. Segala budidaya akan lebih tepat, bila berdasarkan pada sifat
morfologi tersebut. Pengamatan profil meliputi pengamatan dalam profil itu
sendiri dan pengamatan faktor sekeliling yang mempengaruhi proses pembentukan
tanah. Termasuk faktor sekeliling antara lain : vegetasi yang ada, kedalaman
air tanah, topografi, usaha tani, ada tidaknya faktor penghambat seperti bahaya
banjir, erosi, salinitas, keadaan berbatu dan sebagainya. Oleh karena itu,
dengan pengamatan profil dapat diketahui ciri-ciri morfologi profil, seperti :
warna, tekstur, struktur, konsistensi, pH, perakaran, kedalaman efekif,
bentukan istimewa seperti konkresi, horison praciri. Juga dapat diketahui faktor
sekelilingnya, yaitu : relief, lereng (posisi dan bentuk), bentuk wilayah,
ketinggian tempat, bahan induk, drainase (kelas), permeabilitas, bentuk erosi,
vegetasi, iklim, curah hujan, permukaan air tanah, usaha tani, keadaan batu dan
sebagainya.
Tanah jika dilihat lebih
teliti mempunyai ciri-ciri yang dapat dilihat di lapang (representatif). Kalau
kita memotong tanah secara melintang, yang mula-mula kita dapatkan adalah
lapisan mendatar. Irisan semacam ini disebut profil dan lapisan-lapisan
terlihat itu masing-masing disebut horison. ( Buckman & Brady : 1982
).
Horison-horison diatas
bahan induk ini disebut solum (tanah, ladang atau sebidang tanah). Tiap tanah
berkembang dengan baik dan masih keadaan asli mempunyai sifat-sifat keadaan
yang khas. Sifat-sifat ini dipakai dalam klasifikasi dan survei tanah dan
sangat besar manfaatnya. Untuk menentukan pendapat tentang tanah, sifat-sifat
profil perlu diperhatikan sebagai pertimbangan.
Menurut Buckman dan Brady
(1982), menyatakan bahwa tanah dibagi atas tanah olah atau tanah atas dan
subsoil. Tanah atas adalah lapisan tanah sebagai hasil penimbunan bahan
organik, sehingga berwarna gelap. Subsoil adalah tanah yang berada di bawah
tanah atas yang mengalami pelapukan, kandungan bahan organik lebih sedikit.
Lapisan ini dibagi menjadi daerah transisi (peralihan) sebelah atas, daerah
penimbunan sebelah bawah.
Tanah mengalami transisi
dari lapisan satu kelapisan yang lain secara berangsur-angsur. Meski demikian,
horison-horison dalam tanah masih bisa dibedakan, karena setiap horison
memiliki ciri dan sifat yang khas. Bila banyak faktor yang berangkat dalam
pembentukan tanah maka akan mempengaruhi perkembangan beberapa lapisan. Adapun
pengaruh topografi adalah mengubah perkembangan profil tanah dalam 3 cara,
yaitu :
1. Mempengaruhi jumlah presiptasi yang diabsorpsi dan
ditahan dalam tanah, hal ini mempengaruhi kelembaban.
2. Mempengaruhi kecepatan perpindahan tanah oleh
erosi.
3. Mengarahkan gerakan bahan-bahan dalam suspensi
atau larutan dari daerah yang satu ke daerah yang lain.
Drainase merupakan satu
ukuran dari kecenderungan bagi air untuk meninggalkan tanah. Drainase yang baik
terjadi pada lereng-lereng, tanah dan bahan induknya permeabel serta lapisan
kedap air berada di bawah permukaan daerah yang bertekanan, daerah tersebut
akan memiliki drainase yang kurang baik. Hal ini disebabkan oleh akumulasi air
dan horison-horison tanah kurang permeabel atau adanya lapisan kedap air di
permukaan tanah. Akibat drainase yang kurang baik ialah menghambat gerakan
partikel vertikal air, translokasi koloid-koloid dan perpindahan hasil
terlarut.
Kemiringan mempengaruhi pembentukan tanah. Salah satu
pengaruhnya adalah timbul penundaan dalam pembentukan tanah. Peningkatan
kemiringan akan mengakibatkan pengurangan dalam pencucian, kandungan bahan
organik, translokasi lempung, pelapukan mineral, diferesiasi horison dan
ketebalan solum. Kecuraman lereng yang semakin meningkat, akan mengakibatkan
terjadinya aliran permukaan dan erosi yang lebih besar, tanah bergerak
perlahan-lahan, inflitrasi air kurang dan air kurang tersedia bagi aktivitas
kimia dan biologi. Kecepatan erosi akan meningkat jika dipengaruhi oleh jumlah,
intensitas dan penyebaran musiman curah hujan, kemiringan dan panjang lereng
topografi, ukuran dan penutup daerah aliran sungai ( DAS ), ada tidaknya
saluran-saluran, tipe vegetasi penutup dan sifat tanah.
Hutan dan padang rumput
merupakan pelindung terbaik terhadap erosi, namun ada pula tanaman sela yang
cenderung membantu erosi. Misalnya, tanaman yang dipakai waktu tanah, berguna untuk
mengendalikan erosi, menaikan inflasi, mengurangi penguapan dan mengawetkan
granulasi. Untuk mengetahui kadar kapur dalam tanah maka digunakan larutan HCl.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Alat dan bahan
Alat
·
Bor tanah
·
Abney level (clinometer)
·
Kompas
·
Altimeter
·
pH saku
·
Botol semprot
·
Kertas label
·
Meteran
·
Daftar isian profil
·
Larutan H2O2 3%
·
Larutan HCl 10%
·
Larutan αα-dipiridil dalam 1N NH4Oac
·
Aquades
·
Buku Munsell Soil Color Chart
·
Kantong plastik
·
Spidol
·
Buku pedoman pengamatan tanah di lapang.
B.
Cara Kerja
a. Memilih tempat pembuatan profil. Sebelumnya
dilakukan dengan pengeboran (boring) di tempat-tempat sekitar profil yang akan
dibuat sedalam 1 meter pada 2 atau 3 tempat berjarak 1 meter, yang berguna
supaya tercapai keseragaman.
b. Menggali lubang sedemikian rupa sehingga
terbentuk profil tanah dengan ukuran panjang 2 m, lebar 1,5 m, dan kedalaman
1,5 m. Di depan bidang pengamatan profil dibuat tangga (trap) ke bawah untuk
memudahkan pengamat turun.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanah bila dipotong secara melinyang akan didapati lapisan mendatar.
Irisan semacam ini disebut profil tanah, serta lapisan-lapisan yang terlihat
itu masing-masing disebut dengan nama horison. Setiap tanah yang berkembang
dengan baik dan dalam keadaan yang asli masih mempunyai sifat-sifat profil yang
khas.
Profil lengkap mengenai tubuh tanah yang telah berkembang akan memperluhatkan sejumlah
horizon, yang tersusun dari atas ke bawah berdasarkan runtutan genetis. Horizon
yang paling atas merupakan horizon dengan tingkat perkembangan paling lanjut
dan semakin ke bawah tingkat perkembangannya semakin berkurang.
Pada praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah acara pengenalan profil tanah, pengamatan profil
tanah dilakukan pada sebuah lubang pada tanah dengan panjang 2 m, lebar 1,5 m,
dan kedalaman 1,5 m. Pengamatan ini dilakukan pada jenis tanah inceptisol. Dari
pengamatan tersebut diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Pengamatan Profil Tanah
Nomor Lapisan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Dalam Lapisan
(cm)
|
1 – 30
|
1 - 50
|
1 - 95
|
1 - 111
|
1 – 127
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Simbol Lapisan
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Batas Lapisan
|
a
|
b
|
g
|
D
|
a
|
b
|
g
|
d
|
a
|
B
|
g
|
d
|
a
|
b
|
g
|
d
|
A
|
B
|
G
|
d
|
|||||||||||||||||||||||
Batas Topografi
|
s
|
w
|
i
|
B
|
s
|
w
|
i
|
b
|
s
|
W
|
i
|
b
|
s
|
w
|
i
|
b
|
S
|
W
|
I
|
b
|
|||||||||||||||||||||||
Warna Tanah
(Matriks)
|
5 YR 3/2
|
10 YR 3/4
|
10 YR 2/2
|
5 YR 3/3
|
2,5 YR 3/4
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tekstur Tanah
|
s
|
gr
cl
Si
|
L
|
s
|
gr
cl
Si
|
l
|
S
|
gr
cl
Si
|
l
|
s
|
Gr
cl
Si
|
l
|
S
|
gr
cl
Si
|
l
|
||||||||||||||||||||||||||||
Kandungan Bahan Kasar-kasar
(Konkresi / hablur /fragmen)
|
Fe
|
Ca
|
Fe
|
Ca
|
Fe
|
Ca
|
Fe
|
Ca
|
Fe
|
Ca
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Mn
|
B
|
Mn
|
B
|
Mn
|
B
|
Mn
|
B
|
Mn
|
B
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
Struktur Tanah
|
0
1
2
3
|
VF
F
M
C
VC
|
pl
p
cp
ab
b
sb
g
cr
l
m
|
0
1
2
3
|
VF
F
M
C
VC
|
pl
p
cp
ab
b
sb
g
cr
l
m
|
0
1
2
3
|
VF
F
M
C
VC
|
pl
p
cp
ab
b
sb
g
cr
l
m
|
0
1
2
3
|
VF
F
M
C
VC
|
pl
p
cp
ab
b
sb
g
cr
l
m
|
0
1
2
3
|
VF
F
M
C
VC
|
pl
p
cp
ab
b
sb
g
cr
l
m
|
||||||||||||||||||||||||||||
Konsistensi
|
B
|
L
|
K
|
B
|
L
|
K
|
B
|
L
|
K
|
B
|
L
|
K
|
B
|
L
|
K
|
||||||||||||||||||||||||||||
so
ss
s
vs
po
ps
vp
p
|
l
vf
f
t
vt
et
|
l
s
sh
h
vh
eh
|
so
ss
s
vs
po
ps
vp
p
|
l
vf
f
t
vt
et
|
so
ss
s
vs
po
ps
vp
p
|
So
ss
s
vs
po
ps
vp
p
|
l
vf
f
t
vt
et
|
so
ss
s
vs
po
ps
vp
p
|
so
ss
s
vs
po
ps
vp
p
|
L
vf
f
t
vt
et
|
so
ss
s
vs
po
ps
vp
p
|
so
ss
s
vs
po
ps
vp
p
|
l
vf
f
t
vt
et
|
so
ss
s
vs
po
ps
vp
p
|
|||||||||||||||||||||||||||||
PH Tanah
(lapang)
|
6
|
5
|
6
|
5
|
5
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Reaksi terhadap HCl
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+ + +
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Reaksi terhadap H2O2
|
+ + + +
|
+ + + +
|
+ + +
|
+ +
|
+ + +
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Perakaran :
·
Halus
·
Sedang
·
Kasar
|
+ + +
+ +
+
|
+ +
-
-
|
+ + +
+ +
+
|
+ + +
+ +
+
|
+ + +
+ +
+
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa pada tanah yang telah kita amati terdapat 5 lapisan
horizon yang khas. Lapisan yang paling atas adalah lapisan horizon 1 (A) dengan
kedalaman 1 – 30 cm, yang mempunyai batas lapisan diffuse atau baur yaitu
dengan batas peralihan > 12,5 cm. Sedangkan batas horizon topografinya
adalah broken (b) atau terputus. Yang berarti horizon tidak dapat disambungkan.
Di bawah lapisan horizon 1 (A) terdapat lapisan horizon 2 (B) dengan kedalaman
1 – 50 cm, yang mempunyai batas lapisan diffuse atau baur dengan batas horizon
topografinya adalah broken (b) atau terputus. Yang berarti horizon tidak dapat
disambungkan. Lapisan selanjutnya yang berada di bawah lapisan horizon 2 (B)
adalah lapisan horizon 3 (C). Lapisan horizon 3 (C) dengan kedalaman 1 – 72 cm
dengan batas lapisan diffuse atau baur dan batas horizon topografi adalah
smooth (s) atau rata, yang berarti batas topografinya lurus teratur. Adapun
lapisan di bawahnya adalah lapisan horizon 4 (D). Lapisan horizon 4 (D) memilki
kedalaman 1 – 95 cm dengan batas lapisan diffuse atau baur dan batas horizon
topografinya adalah smooth (s) atau rata. Lapisan terakhir atau lapisan yang
paling bawah adalah lapisan horizon 5 (E). Lapisan ini memiliki kedalaman 1 –
127 cm dengan batas lapisan diffuse atau baur dan batas horizon topografinya
adalah broken (b) atau terputus.
Setelah masing-masing horizon diketahui batasnya, maka pengamatan
selanjutnya dilakukan terhadap warna tanah, tekstur tanah, kandungan
bahan-bahan organik di dalam tanah, struktur tanah,konsistensi tanah, dan
banyak hal algi yang bisa diamatiuntuk mengetahui profil suatu tanah.
Warna pada tanah dapat diketahui dengan melihat
buku Munsell Soil Colour Chart, buku ini merupakan buku pedoman untuk pemberian
warna tanah. Buku Munsell Soil Colour Chart dipublikasikan oleh Badan Pertanian
Amerika Serikat (USDA). Warna pada suatu lapisan tanah iu menunjukkan kandungan
bahan organik dalam suatu lapisan tanah. Dari buku pedoman tersebut dapat
diketahui bahwa dari kelima lapisan horizon tersebut memiliki warna tanah yang
berbeda-beda. Lapisan horizon 1 (A) memiliki warna dark reddish brown
dengan notasi warna 5YR 3/2. Lapisan horizon 2 (B) memiliki warna dark
reddish brown dengan notasi warna 10YR 3/4. Lapisan warna selanjutnya
adalah lapisan horizon 3 (C) memiliki warna dark reddish brown dengan
notasi warna 10YR 2/2. Lapisan horizon 4 (D) memiliki warna dark reddish
brown dengan notasi warna 5YR 3/3. dan lapisan yang paling bawah adalah
apisan horizon 5 (E) memiliki warna very dark brown dengan notasi warna
2,5YR 3/4. warna tanah merupakan ungkapan kualitatif tetapi dapat juga menjadi
sebuah ungkapan kuantitatif, yaitu apabila dalam menguraikan warna tanah dengan
komponen hue, value, dan chroma. Dengan menggunakan ketiga komponen itu maka
warna tanah dapat diperlakukan sebagai suatu variabel.
Pada pengamatan selanjutnya yang diamati adalah mengenai tekstur tanah.
Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu, dan
liat dalam suatu massa tanah. Dalam pengamatan terhadap cara penetapan tekstur
tanah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kualitatif dan cara kuantitatif.
Cara kualitatif merupakan cara penetapan tekstur di lapang sedangkan cara
kuantitatif adalah merupakan cara penetapan tekstur tanah di laboratorium,
yaitu dengan menggunakan metode pipet. Dengan menggunakan pipet kita dapat
mengetahiu banyaknya kandungan kapur dalam tanah, yaitu dengan menggunakan
larutan HCl. Selain larutan HCl pada praktikum kali ini juga digunakan cairan H2O2
yang dapat digunakan untuk mengetahui kandungan bahan organik. Dalam pengamatan
tekstur tanah dapat diketahui bahwa lapisan 1 memiliki tekstur tanah lempung,
lapisan 2 lempung berliat, lapisan 3 lempung berdebu, lapisan 4 lempung
berliat, dan lapisan 5 memiliki tekstur pasir berlempung.
Penggunaan larutan HCl, berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa
pada lapisan 1, 2, dan 3 hanya memberikan sedikit reaksi. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan terdapatnya busa yang keluar dari tanah pada saat larutan
HCl diberikan pada tanah. Karena keluarnya busa dari tanah yang telah diberikan
HCl tadi, maka dapat diketahui bahwa tanah tersebut mengandung sedikit kapur.
Sedangkan pada lapisan 4 dan lapisan 5 setelah diberikan larutan HCl pada
tanahnya, tanah tersebut mengeluarkan sedikit busa. Hal ini menunjukkanbahwa
pada tanah lapisan 4 dan 5 memiliki kandungan kapur dengan jumlah yang lebih banyak.
Pada tanah selain diberikan larutan HCl 3% juga diberikan larutan H2O2
10%. Dari pemberian larutan tersebut dapat diketahui bahwa lapisan 1 dan 2
memiliki banyak kandungan bahan organik. Pada lapisan 3 dan 5 mengandung cukup
banyak kandungan bahan organik. Dan pada lapisan 4 hanya mengandung sedikit
bahan organik. Dengan mengetahui kandungan bahan organik yang terdapat dalam
tanah, maka warna tanah dapat ditentukan dengan melihat warna tanah itu
sendiri. Semakin gelap warna tanah maka semakin banyak kandungan organik yang
dimiliki oleh tanah tersebut. Pada kenyataannya di lapangan sering ditemukan
kasus bahwa lapisan tanah yang lebih bawahlah yang memiliki kandungan bahan
organik yang lebih banyak bila dibandingkan dengan lapisan tanah di atasnya. Hal
ini dapat disebabkan karena keadaan profil yang sudah tidak lagi alami atau
dapat dikatakan telah mendapat campur tangan manusia. Selain itu dapat juga
disebabkan oleh adanya erosi, terdapatnya horison pencucian atau dapat juga
disebabkan karena keadaan tanah yang lembab, yaitu kedaan tanah setelah hujan.
Warna tanah selain dapat menunjukkan banyak tidaknya kandungan bahan
organik di dalam tanah juga dapat menunjukkan jenis bahan organik atau unsur
hara apa yang terdapat atau terkandung di dalam tanah tersebut. Pada pengamatan
yang kami lakukan terhadap jenis tanah inceptisol ini ternyata di semua lapisan
tanah memiliki kandungan unsur hara besi
(Fe) dan mangan (Mn). Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya warna tanah
hitam dan merah pada semua sampel tanah yang diambil dari setiap lapisan
horizon. Warna merah tua pada tanah menunjukkan kandungan Fe dan warna hitam
menunjukkan kandungan Mn.
Setelah mengamati tekstur, batas, dan pengamatan lainnya yang telah
dilakukan pada praktikum acara profil tanah ini, yang diamati selanjutnya
adalah mengamti mengenai struktur dan konsistensi tanah. Dalam pengamatan
terhadap struktur tanah, pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan mengenai
derajat struktur tanah, kelas struktur tanah, dan juga bentuk struktur dari tanah.
Dari praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa semua lapisan atau dari
lapisan 1 sampai lapisan 5, semua lapisan itu memiliki derajat struktur yang
lemah. Derajat struktur yang disimbolkan oleh angka 1 ini memiliki pengertian
yaitu apabila ped yang terbentuk jika tersinggung akan mudah hancur. Derajat
struktur lemah ini dibedakan lagi menjadi derajat struktur sangat lemah dan
derajat struktur agak lemah. Teatpi dalam pengamatan yang telah kami lakukan
pada 5 lapisan tanah, kami dapat menyimpulkan bahwa kelima lapisan tanah itu
tergolong ke dalam derajat struktur yang agak lemah karena jika tanah
tersinggung, serpihan tanah yang hancur masih dapat dilihat atau dipegang oleh
pengamat. Dari pengamatan mengenai struktur tanah, selain kita mengetahui tentang
derajat struktur dari masing-masing lapisan, kita juga dapat mengetahui bentuk
dan juga kelas struktur tanah dari masing-masing lapisan. Lapisan 1 dan
5memiliki bentuk struktur tanah angular blocky (ab) atau gumpal bersudut.
Sedangkan lapisan 2 sampai lapisan 4 memiliki bentuk struktur tanah subangular
blocky (sb) atau gumpal membulat. Sedangkan pada kelas struktur tanah dari
kelima lapisan itu adalah merupakan kelas struktur tanah yang sama , yaitu
kelas struktur tanah yang sangat halus atau biasa disimbolkan dengan simbol VF.
Setelah membahas mengenai struktur tanah, selanjutnya yang akan diamati
dan dibahas adalah mengenai konsistensi tanah. Cara untuk melakukan konsistensi
pada tanah adalah dengan cara memijat tanah menggunakan ibu jari dan telunjuk.
Dalam mengamati saat kita melakukan konsistensi dapat dibedakan menjadi 3
pengamatan, yaitu pengamatan pada saat konsistensi basah, lembab, dan kering.
Pada konsistensi basah ada dua faktor yang diamati yaitu kelekatan (stickness)
dan keliatan (plasticity). Sedangkan pada konsistensi lembab dan kering hanya
diamati satu faktor saja. Kelekatan (stickness) pada lapisan 1 adalah sama
dengan kelekatan pada lapisan 2, 3, dan 5 yaitu slighyly stick (ss) atau agak
lekat. Kelekatan dari ss ini hanyalah sedikit
yaitu hanya sedikit melekat pada satu jari tangan dan juga mudah lepas.
Sedangkan pada lapisan 4 memiliki kelekatan sticky (s) atau lekat, yaitu
melekat pada dua jari dan bila ditarik massa tanah tersebut akan elastis antara
jari dengan massa tanah. Selanjutnya yang diamati pada konsistensi tanah
adalah keliatan (plasticity). Dari
setiap lapisan pada konsistensi basah diamati mengenai keliatan atau sifat
plastisnya (plasticity). Lapisan 1, 2 dan 4 memiliki keliatan plastis (p) atau
plastic, yaitu dapat membentuk gulungan kecil dan elastis, serta akan berubah
bentuknya jika ditekan. Lapisan 3 dan 5 memiliki keliatan plastic slightly (ps)
atau agak plastis, yaitu dapat membentuk gulungan kecil yang medah diubah
bentuknya.
Selanjutnya setelah pengamatan dilakukan pada konsistensi basah, maka
pengamatan dilanjutkan pada konsistensi lembab. Dari tabel pengamatan profil
tanah di atas dapat diketahui bahwa lapisan 1, 2, dan 4 memiliki tingkat
konsistensi lembab yang sama, yaitu very friable (vf) atau sangat gembur. Pada
lapisan 3 memiliki tingkat konsistensi lembab atau loose (l). Yaitu butir-butir
saling terlepas. Dan pada lapisan yang terakhir, yaitu lapisan 5 memiliki
tingkat konsistensi lembab yang friable (f) atau gembur. Pengamatan terhadap
konsistensi yang terakhir adalah pengamatan terhadap konsistensi kering. Pada
pengamatan ini pada lapisan 2, 3, dan 5 tidak terdapat konsistensi kering.
Sedangkan pada lapisan 1 dan 4 memiliki konsistensi lunak atau soft (s).
Untuk mengetahui PH pada tanah digunakan PH saku, yaitu dengan mengambil
sedikit contoh tanah pada setiap lapisannya lalu mencampur tanah itu dengan air
selama 15 menit dengan tanah terus dikocok. Setelah tanah yang dikocok itu
mengendap barulah PH diukur dengan menggunakan PH saku, yaitu dengan mencocokkn
warna air tanah pada alat pengambil warna tanah dengan buku PH saku.
Selain profil tanah dari dalam profil itu sendiri juga harus diamati
profil di sekitar lingkungan profil tanah itu sendiri. Dari lingkungan profil
ituyang dapat diamati antara lain adalah vegetasi. Vegetasi yang terdapat di
sekitar tanah profil adalah babandotan, rumput teki, pohon kelapa, dan
tanaman-tanaman lainnya.
Pembahasan.
Ø Warna
Warna menunjukan beberapa sifat tanah. Hal ini disebabkan oleh
beberapa factor yang terdapat di dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna
permukaan tanah disebabkan oleh kadar kandungan bahan organik yang terdapat
dalam tanah tersebut. Tanah yang berada di lapisan-lapisan bawah pada umumnya
kandungan bahan organiknya rendah. Makin tinggi kadar bahan organik dalam
tanah, warna tanah tersebut semakin gelap.
Hasil pengamatan kelompok A pada tanah kedalaman 0 – 35 cm, didapat
tanah berwarna coklat kehitaman ( 10 YR 2/2 , very dark brown ). Batas lapisan
adalah diffuse (baur) dengan batas peralihannya > 12,5 cm. Batas topografi
adalah berombak (wavy), berbentuk kantong, lebar > dalam. Dari hasil
pengamatan di atas, dapat disimpulkan bahwa tanah tersebut kaya akan bahan
organik. Hal ini ditunjukan dengan gelapnya warna tanah (very dark brown /
coklat kehitaman). Dan juga, tanah tersebut berada pada lapisan top soil
(humus) yang banyak mengandung unsur hara.
Hasil pengamatan pada kelompok B dengan tanah mencapai kedalaman 35
– 66 cm. Memiliki batas lapisan diffuse (baur) dengan batas peralihan > 12,5
cm. Batas topografi adalah irregular (tidak teratur) berbentuk kantong, lebar
< dalam. Tanah berwarna dark brown dengan notasi 5 YR ¾.
Lapisan selanjutnya, kelompok C dengan kedalaman tanah 66 – 85 cm.
Profil memiliki batas lapisan yang baur (diffuse) dengan batas peralihan >
12,5 cm dan batas topografi irregular (tidak teratur). Tanah berwarna
Pada kelompok D (kedalaman 85 – 107 cm), profil memiliki batas
lapisan yang baur dan batas topografi yang tidak teratur. Tanah berwarna 5 YR
3/4 , dark reddish.
Kedalaman 107 – 138 pada kelompok E, didapatkan hasil yang sama
dengan tanah kelompok D, tetapi mempunyai warna yang berbeda yaitu 5 YR 3/3
dark reddish brown.
Ø Tekstur Tanah.
Di lapang, tekstur dapat
ditentukan dengan cara memijit tanah basah di antara ibu jari dengan telunjuk
sambil dirasakan halus tidaknya tanah. Tanah dirasakan kandungan butir pasir,
debu atau liat. Pada pengamatan kali ini tanah yang diamati bertekstur lempung
(loam). Tanah lempung bertekstur : rasa kasar dan tidak licin, agak melekat,
dapat dibuat bola agak teguh dan dapat dibuat gulungan dengan permukaan
mengkilat. Tanah ini merupakan jenis tanah yang diamati oleh semua kelompok.
Tanah terdiri dari butir-butir tanah dengan berbagai ukuran. Bagian
tanah yang berukuran > 2 mm disebut tanah kasar. Bahan-bahan tanah yang
lebih halus dapat dibedakan menjadi :
-
pasir : 2 mm – 50 µm
-
debu : 50 µm – 2 µm.
-
liat : < 2 µm.
Tekstur menunjukan kasar halusnya tanah berdasarkan atas
perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat. Tanah lempung termasuk
kelas sedang. Tekstur tanah yang berupa lempung ini mempunyai kandungan
bahanorganik yang cukup tinggi. Tanah yang bertekstur lempung akan sulit diolah
karena memilki kandungan liat tinggi dan mempunyai derajat kerut yang tinggi.
Tanah lempung termasuk tanah berat.
Ø Topografi dan Perakaran.
Panjang lereng, kemiringan (slope) dan bentuk lereng termasuk dalam
faktor topografi yang mempengaruhi.
- Pengaruh panjang lereng terhadap erosi
berdasarkan penelitian antara lain menyatakan bahwa makin panjang lereng maka
berlangsungnya erosi makin besar. Makin panjang lereng, kecepatan aliran
permukaan akan makin besar. Dengan demikian, tanah permukaan yang terkikis dan
kemudian terhanyutkan menjadi bertambah besar. Makin panjang lereng, kecepatan
aliran permukaan akan makin besar dan kuat sehingga penggerusan tanah atau daya
kikisnya terhadap tanahpun makin besar. Tanah permukaan yang terkikis dan
kemudian terhanyutkan menjadi besar. Kemiringan lereng pada pengamatan kali ini
sebesar 3 – 4 %. Oleh karena itu, termasuk pada kemiringan yang tidak curam
sehingga aliran air (baik di permukaan atau di bawah tanah) tidak sederas
aliran air di tanah yang mempunyai kemiringan yang curam. Dataran dengan
kemiringan 0 – 4 % dan dengan ketinggian ± 500 m di atas permukaan air laut
merupakan dataran rendah. Dengan kondisi relief di dataran rendah, suhu akan
mengalami peningkatan dan mempengaruhi warna tanah. Tanah ini memiliki solum
yang besar, kandungan bahan organik yang tinggi dibandingkan dengan tanah-tanah
yang memiliki kemiringan yang besar. Tingginya curah hujan dan drainse
mengakibatkan pembentukan tekstur dan struktur tanah yang berbeda antara satu
lapisan dengan lapisan yang lain. Topografi amat mempengaruhi kondisi drainase
dan permukaan air tanah (ground water level). Akumulasi bahan organik biasanya
terjadi jika kandungan drainase tanah jelek, sehingga tanah yang kekurangan
oksigen pada kondisi ini akan mengawetkan bahan organik terutama jika air
tergenang.
Topografi
mempengaruhi perkembangan pembentukan profil tanah atas tiga hal
1. Topografi mempengaruhi jumlah curah hujan
terabsorpsi dan penyimpanannya di dalam
tanah.
2. Topografi mempengaruhi tingkat perpindahan tanah
atas oleh erosi.
3. Topografi mempengaruhi arah gerakan-gerakan
bahan-bahan dalam suspensi atau larutan dari satu tempat ke tempat lain.
Hal ini
dapat kita perhatikan dengan adanya kesamaan tekstur dan struktur tanah. Adanya
vegetasi penutup (jagung, kelapa dan rumput) disekitar tanah yang diamati,
dimungkinkan terjadinya erosi kecil. Perakaran vegetasi yang diamati pada
profil tanah masih dapat diamati pada kedalaman 69 cm dari dasar tanah
pengamatan atau 69 cm dari permukaan tanah untuk perakaran dengan akar halus.
Sedangkan untuk perakaran yang kasar mencapai 71 cm dari permukaan tanah. Hal
ini menunjukan bahwa lapisan-lapisan tanah tersebut berpori dan lapisan kedap
air kurang begitu banyak. Dengan perakaran seperti diatas memiliki perakaran
sedang.
Ø Kandungan Bahan Kasar (koreksi/hablur/fragmen)
Kandungan bahan kasar merupakan unsur hara
esensial yang dikandung tanah. Unsur hara esensial adalah unsur hara yang
sangat diperlukan bagi tanaman dan fungsinya dalam tanaman tidak dapat
digantikan oleh unsur lain, sehingga bila tidak tersedia dalam jumlah yang
cukup di dalam tanah, tanaman tidak dapat tumbuh secara normal.
Unsur hara
esensial dalam tanah dibedakan menjadi 2 yaitu unsur hara makro dan unsur hara
mikro. Unsur hara makro (unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang
besar) terdiri dari karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N), fosfor (P), kalium
(K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan belerang (S). Unsur hara mikro (unsur
hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil) terdiri dari besi (Fe), mangan
(Mn), boron (B), molobidium (Mo), tembaga (Cu), seng (Zn), klorin (Cl) dan
kobalt (Co). Unsur hara makro dibedakan menjadi 2 yaitu unsur pembangun atau
pembentuk (C, H, O, N, P dan S) dan unsur pengaru (P, S, K, Ca, Mg dan unsur
hara renik).
Dari hasil pengamatan, dari tanah lapisan A dan B
mengandung unsur Fe ,Ca dan Mn. Sedangkan pada lapisan C, D dan E
berturut-turut Fe, Mn ; Mn; dan kosong. Jadi, semakin ke bawah kandungan Fe-nya
semakin berkurang. Untuk mengenali kandungan bahan kasar pada tanah yaitu dengan
mengamati warna tanah. Jika warna tanahnya hitam berarti mengandung Mn, jika
warna tanah cokelat berarti mengandung Fe. Unsur Mn diperlukan tanaman untuk
pembentukan zat protein, vitamin, mempertahankan keadaan klorofil daun dan
sebagai katalisator proses reduksi nitrat. Unsur Fe diperlukan untuk
pembentukan klorofil, zat karbohidrat, lemak, protein dan enzim serta berperan
sebagai katalisator pada proses poliskarida. Unsur Ca diperlukan untuk
penyusunan dinding-dinding sel tanaman, pembelahan sel dan untuk tumbuh
(elongation).
Agar tanaman dapat tumbuh baik perlu adanya
keseimbangan jumlah unsur hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman akan
unsur hara tersebut. Beberapa akibat dari ketidakseimbangan tersebut antara
lain :
1. Kelebihan Cu atau sulfat akan menghambat
penyerapan Mo.
2. Terlalu banyak Zn, Mn dan Cu dapat menyebabkan
kekuranagn Fe.
3. Terlalu banyak P dapat menyebabkan kekurangan Cu,
Fe dan Cu.
4. Terlalu banyak N dapat menyebabkan kekurangan Cu.
5. Kelebihan N atau K dapat mempersulit penyerapan
Mn.
6. Terlalu banyak kapur, menghambat penyerapan B.
7. Kelebihan Fe, Cu dan Zn dapat mengurangi
penyerapan Mn.
Ø Struktur Tanah.
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari
butir-butir tanah. Struktur adalah istilah lapangan yang tegas melukiskan
secara garis besar keseluruhan agresi atau susunan butir-butir tanah. Gumpalan
struktur ini terjadi karena butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain.
Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan (ketahanan
yang berbeda-beda).
Komponen struktur tanah dibagi menjadi 3 yaitu
tipe struktur (bentuk dan susuna agregat), kelas struktur (ukuran) dan derajat
struktur (kemantapan atau kekuatan agregat).
1. Tipe struktur / bentuk struktur.
Tipe struktur terdiri dari
lempeng (platy), tiang (prismatik dan columner), gumpal (sub angular dan
angular), remah (crumb), kersai (granular), pejal (massive) dan berbutir
tunggal. Menurut hasil pengamatan, semua lapisan tanah yang diamati bertipe
struktur gumpal (blocky). Dalam struktur gumpal agregat asal terbentuk
sederhana menjadi balok-balok bermuka enam, tidak beraturan, ketiga ukurannya
kurang lebih sama panjang. Tipe ini terbatas dalam sub soil, tingkat
perkembangannya dan ciri-ciri lainnya banyak hubungannya dengan drainase,
aerasi dan penembusan akar.
2. Kelas struktur (ukuran).
Kelas struktur merupakan
ukuran dari tanah. Ukuran masing-masing kelas menurut bentuk struktur tanah.
Setiap bentuk struktur mempunyai ukuran yang berbeda-beda dalam kelas struktur.
Pada lapisan A, B dan C memiliki tipe gumpal, berukuran sangat halus (very
fine) dengan ukuran butiran tanah < 5 mm. Pada tanah lapisan D dan E
mempunyai tipe gumpal, berukuran halus (fine) dengan diameter butiran tanah 5 –
10 mm.
3. Derajat struktur (kemantapan atau kekuatan
agregat).
Derajat struktur tanah diamati berdasarkan
kuat lemahnya agregat yang terbentuk, dibedakan menjadi :
0 = tak beragregat, untuk tipe pejal dan berbutir
tunggal.
1 = lemah, ped yang
terbentuk jika tersinggung mudah hancur menjadi pecahan yang lebih
kecil, dibedakan sangat lemah dan agak lemah.
2
= cukupan, sudah terbentuk ped
yang jelas dan masih dapat dipecahkan.
3
= kuat, telah terbentuk ped
yang tahan lama dan ada adhesi lemah satu sama lain. Jika dipecah agak terasa
ada tahanan, dibedakan derajatnya menjadi sangat kuat dan cukup kuat.
Pada tanah lapisan A, B dan C memiliki
derajat struktur lemah. Tanah tersebut jika tersinggung mudah hancur menjadi
pecahan yang lebih kecil. Sedangkan pada lapisan D dan E, tanah memiliki
derajat struktur cukupan. Tanah tersebut sudah terbentuk ped yang jelas tetapi
masih dapat dipecahkan. Jadi, semakin ke bawah lapisan tanah, derajat struktur
semakin meningkat atau besar.
Ø Konsistensi Tanah.
Konsistensi tanah menunjukan kekuatan daya
adhesi dan kohesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukan oleh
daya tahan terhadap gaya akan mengubah bentuk. Berdasarkan hasil pengamatan
lapangan dan percobaan konsistensi tanah tersebut bermacam-macam tergantung
dari tekstur, kadar bahan organik, kadar dan khuluk bahan koloid dan terutama
kadar lengas tanah.
Konsistensi tanah diklasifikasikan sebagai
berikut :
1.
Konsistensi lekat, memiliki tanda-tanda dapat
melekat atau melengketi bermacam-macam bahan yang mengenainya.
2.
Konsistensi liat atau plastik,
memiliki tanda-tanda liat dan atau kemampuan untuk diubah-ubah bentuknya.
3.
Konsistensi lunak, memiliki
tanda-tanda kegemburan.
4.
Konsistensi keras, memiliki
kekhususan sebagai gumpalan tanah dengan keras dan bila dibelah akan pecah-pecah.
Pada pengamatan kali ini menggunakan
konsistensi basah ( kelekatan dan keliatan ) dan konsistensi lembab.
Konsistensi-konsistensi tersebut di atas diklasifikasikan :
1. Konsistensi Basah.
Konsistensi basah diamati sifat kelekatannya (stickness) dan keliatannya/sifat plastis (plasticity),
pembagiannya sebagai berikut :
Kelekatan
(stickness) :
so. = tak lekat (non sticky), tak ada yang melekat pada jari.
ss. = agak lekat (slightly sticky), sedikit melekat pada satu jari yang
mudah lepas.
s. = lekat (sticky), melekat
pada dua jari, kalau ditarik massa tanah tersebut elastis antara jari dan massa tanah.
ss. = sangat lekat (very
sticky), sangat melekat pada kedua jari dan sukar dilepaskan.
Keliatan
(Plasticity) :
po. = tidak plastis (non plasic),
tidak dapat dibuat pita tanah.
ps. = agak plastis (slightly plastic), dapat membentuk gulungan kecil
yang mudah diubah bentuknya.
p.
= plastis (plastic), dapat membentuk gulungan kecil dan elastis, berubah
bentuknya jika ditekan.
vp. = sangat plastis (very
plastic), membentuk gulungan kecil, hanya dapat diubah bentuknya dengan pijitan kuat.
2. Konsistensi lembab :
l. = lepas (loose), butir-butir terlepas satu
dengan lainnya.
vf. = sangat gembur (very
friable), sedikit tekanan sudah hancur.
f. = gembur (friable), tekanan agak kuat baru
hancur.
t. = teguh (firm), massa tanah hancur dengan
tekanan sedang.
vt. = Sangat teguh (very firm), dengan tekanan
sangat kuat baru hancur.
et. = Sangat teguh sekali (extremely firm), sangat tahan terhadap
tekanan tangan, baru hancur jika
diinjak memakai kaki.
Berdasarkan hasil pengamatan tanah pada
semua lapisan memiliki konsistensi basah sangat lekat (ss) dan plastis (ps).
Sedangkan konsistensi lembab, semua lapisan tanah sangat gembur (vf).
Ø pH Tanah.
Reaksi tanah menunjukan sifat kemasaman atau
alkalinitas yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukan banyaknya
konsentrasi ion hidrogen (H+)
di dalam tanah. Makin tinggi kadar nilai pH menunjukan banyaknya konsentrasi H+
di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah juga ditemukan ion
OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+ .
Pada tanah-tanah masam, jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-,
sedang pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+
. Bila kandungan ion + dan ion – sama maka tanah bereaksi netral dengan pH
7.
Dalam melakukan
pengamatan, tanah dimasukan ke dalam botol film, volume tanah ± 1/3 dan air ±
2/3-nya. Kemudian dikocok hingga homogen. Diamkan selama 5 menit atau lebih
hingga air dan tanah memisah. Masukan pH indikator lalu cocokan dengan tabel warna
pH. Setelah dicocokan, ternyata semua lapisan mempunyai pH = 6. Hasil
menunjukan bahwa tanah-tanah yang diamati mempunyai sifat masam (ph < 7).
Ini berarti kandungan ion H+ lebih banyak daripada ion OH-.
Mengamati pH tanah sangat
penting karena :
1. Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara yang
diserap tanaman. Pada umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH
sekitar netral, karena pada pH tersebut, unsur hara mudah larut dalam air.
2. Menunjukan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun.
Pada tanah-tanah masam banyak ditemukan ion-ion Al didalam tanah, yang kecuali
memfiksasi unsur P juga menyerap racun bagi tanaman.
3. Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme.
Ø Reaksi terhadap HCl
Tanah yang diamati
direaksikan dengan HCl digunakan untuk mengetahui kandungan kapur di dalam
tanah. Kapur digunakan untuk menaikan pH tanah (tanah yang masam) agar
unsur-unsur hara seperti Phosphat, mudah diserap dan menghindari keracunan Al.
Dalam reaksi terhadap HCl, contoh tanah masing-masing ditetesi larutan HCl,
jika berbuihberarti tanh tersebut tidak mengandung kapur. Begitu juga
sebaliknya. Dari hasil pengamatan didapatkan hasil, tanah pada lapisan A, C, D
dan E, saat ditetesi larutan HCl berbuih sedikit (++) sedangkan pada lapisan B
berbuih banyak (++++). Hal ini menunjukan pada lapisan tanah A, C, D dan E
mengandung kapur yang lebih sedikit daripada tanah pada lapisan B.
Ø Reaksi terhadap H2O2 3 %.
Reaksi dengan H2O2
digunakan untuk mengetahui kandungan bahan organik di dalam tanah.
Penyusunan bagian terbesar dari bahan organik merupakan sisa-sisa tanaman yang
berupa daun-daun, batang dan akar-akar. Bahan organik umumnya ditemukan
dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3 – 5 %, tetapi
pengaruh ya terhadap sifat-sifat tanh besar sekali. Adapun pengaruh bahan
organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan
tanaman adalah :
1. Sebagai granulator, yaitu untuk memperbaiki
struktur tanah.
2. Sumber unsur hara N, P dan S unsur mikro dan
lain-lain.
3. Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.
4. Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur
hara.
5. Sumber energi bagi mikroorganisme.
Pada hasil pengamatan
menunjukan bahwa pada lapisan A, B, D dan E mempunyai kandungan bahan organik
yang lebih sedikit dibandingkan dengan tanah pada lapisan C. Pada hasil
pengamatan profil, pada pengamatan reaksi dengan H2O2 menunjukan
hasil bahwa tanah pada lapisan A, B, D dan E, hanya sedikit bereaksi, sedangkan
pada C, bereaksi. Ini menunjukan bahwa tanah lapisan C memiliki kandungan bahan
organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah dari lapisan-lapisan lain.
Macam-macam
tanah :
Andisol
yaitu tanah yang mempunyai lapisan < 36 cm dengan sifat andik, pada
kedalaman > 60 cm,tanah ini dulu disebut dengan andosol.
Entisol
yaitu tanah yang masih sangat muda baru tinggkat permulaan dalam berkembang
tidak ada horison penciri lain epipedon ochrik, atau histik bila tanah sangat
lembek (ENT-Recent= baru ). Tanah ini dulu disebut aluvial atau regosol.
Inceptisol
yaiti tanah muda, tetapi lebih berkembang dari entisol (inceptum=permulaan).
Umumnya mempunyai horison kambik. Karena tanah belum berkembangan lanjut
kebanyakan tanah ini cukup subur. Tanah ini dulu disebut tanah aluvial,
regosol,gleihumus, latosol dan lain-lain.
Ultisol
yaitu tanah dimana terjadi penimbunan liat dibawah horison (horison argilik)
bersifat masam kejenuhan basa (jumlah kation) pada kedalaman 180 cm dari
permukaan tanah kurang lebih dari 35%. Tanah ini dulu disebut podzolik merah
kuning yang banyak di indonesia.
Vertisol
yaitu tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) diseluruh horison
mempunyai sifat mengembang dan mengerut (sifat vertik). Kalau kering tanah ini
mengerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras, kalau bsah mengembang dan
lengket. Ditemukan bidang kilir (slicken side) dan struktur bentuk baji. Tanah
ini dulu disbut tanah grumsol atau margalit. ( sarwono, 1966)
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat
diambil dari profil tanah ,yaitu mengetahui cara menghitung pH, warna tanah,
struktur tanah, tekstur tanah, dan mengetahui tentang horizon – horizon tanah,
kita juga dapat membedakan antara tanah yang mengandung bahan organik dan yang
tidak .Dapat mengelompokan tanah berdasarkan golongannya seperti vertisol,
andisol, entisol, ultisol, inceptisol mungkin masih banyak lagi macam – macam
tanah.
Tanah yang digunakan dalam profil sangat
bagus digunakan untuk pertanian. Karena tanah di sekitar profil sangat subur.
Sangat cocok untuk memproduksi padi. Vegetasi yang tumbuh subur di sekitar
bidang profil merupakan contoh bahwa tanah disini baik.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, Harry O. and Nyle
C. Brady, Soegiman (terjemah). 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara:
Jakarta.
Foth, Henry D. 1988.
Dasar-dasar Ilmu Tanah (terjemahan). Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Hardjowigeno,
Sarwono. 2010. Ilmu
Tanah. Akademika Pressindo: Jakarta.
Foth, Henry D. 1988. Dasar-dasar Ilmu
Tanah (terjemahan). Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-dasar Ilmu
Tanah Konsep dan Kenyataan. Konstitusi; Yogyakarta.