Rabu, 12 Desember 2012


LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA VI
ANALISIS PROFIL TANAH















Disusun oleh
                                                Nama              : Ken priambodo
                                                NIM                : A0B012027
                                                Kelompok      : II D3 PSL










KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar belakang
Profil tanah merupakan penampang tegak tanah yang memperlihatkan berbagai lapisan tanah. Pengamatan profil sangat penting dalam mempelajari sifat-sifat tanah secara cepat dilapangan, terutama yang berkaitan dengan genetis dan klasifikasi tanah. Sidik cepat beberapa sifat fisik, kimia dan biologi tanah juga biasanya dilakukan dengan bersamaan dan merupakan bagian pengamatan profil tanah. Evaluasi terhadap sifat-sifat tanah ini kemudian dilanjutkan secara lebih rinci di laboratorium dengan menggunakan contoh tanah.
Contoh tanah dibedakan atas beberapa macam tergantung pada tujuan dan cara pengambilan. Bila contoh tanah diambil pada setiap lapisan untuk mempelajari perkembangan profil menetapkan jenis tanah maka disebut “contoh tanah satelit”. Contoh tanah yang diambil dari beberapa tempat dan digabung untuk menilai tingkat kesuburan tanah disebut “contoh tanah komposit”. Pengambilan contoh tanah secara komposit dapat menghemat biaya analisis bila dibandingkan dengan pengambilan secara individu ( Peterson dan calvin, 1986 ). Adalagi contoh tanah yang diambil dengan pengambilan sampel (care) dan disebut dengan contoh tanah utuh, yang biasanya digunakan untuk menetapkan sifat tanah disebut contoh tanah utuh karena strukturnya asli seperti apa adanya di lapangan sedangkan contoh tanah yang sebagian atau seluruh strukturnya telah rusak disebut contoh tanah terganggu.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dari kedua acara praktikum ini adalah :
·         Untuk mempelajari sifat-sifat dari beberapa jenis tanah pada setiap lapisan atau horison
·         Mengambil contoh tanah di lapangan untuk dianalisis di laboratoirum
·         Menyiapkan contoh tanah sebelum dianalisis.




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



Profil tanah adalah penampang vertikal tanah yang dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk di bawah tanah. (Hakim, Nurhajati. 1986). Profil tanah ini terdapat suatu solum tanah. Solum tanah merupakan penampang tanah dimulai dari horizon A hingga horizon B.
    Horizon-horizon yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas ke bawah, yaitu :
1.      Horizon O
O:   Bahan organik masih utuh atau bentuk asli sisa-sisa tanaman masih                          terlihat.
          O2  : Bahan organik sudah terlapuk
2.      Horizon A
  A1  : Peralihan dari horizon di atasnya (bahan organik tinggi)
  A2  : Horizon pencucian yang maksimal, yang tercuci adalah bahan organik, bahan liat dan kation-kation basa.
  A3  : Horizon peralihan dari horizon A ke B yang mempunyai sifat lebih mirip dengan horizon A.
3.      Horizon B
          B1  :  Horizon peralihan dari A ke B, lebih mirip B
          B: Horizon penimbunan yang maksimal, yaitu bahan-bahan yang tercuci pada horizon A2 menunjukkan warna lebih gelap, tekstur lebih mampat.
          B3  :          Horizon peralihan dari B ke C, lebih mirip B
4.      Horizon C
          C   :  Pelapukan dari batuan induk (bahan induk)
(Sarief, Saifuddin. 1985)
    Tebal horizon yang perlu diamati dalam pengambilan profil tanah yaitu:
1.  Kejelasannya yang dibedakan atas :
a.       a : abrupt (nyata), jika tebalnya < 2.5 cm
b.      c : clear (jelas), batas peralihannya 2.50 – 6.25 cm
c.       g : gradual (berangsur), batas peralihannya 6.25 – 12.5 cm
d.      d : diffuse (baur), batas peralihannya > 12.5 cm
2.  Topografi batas horizon yang dibedakan atas :
a.       Smooth    : s (rata), batasnya lurus teratur
b.      Wavy       : s (berombak), berbentuk kantong, lebar > dalam
c.       Irregular  : i (tidak teratur), berbentuk kantong, lebar < dalam
d.      Broken    : b (terputus), batas horizon tidak dapat disambungkan
    Setelah masing-masing horizon diketahui batasnya, masing-masing lapisan diamati : warna, tekstur, struktur, konsistensi, pH, perakaran, dan sebagainya. Selain ciri-ciri morfologi profil tanah, perlu pula dicatat faktor-faktor sekelilingnya, yaitu : relief, lereng (posisi, bentuk), bentuk wilayah, ketinggian tempat, bahan induk, drainase (kelas), permeabilitas, bentuk erosi, vegetasi, iklim, curah hujan, permukaan air tanah, usahatani, keadaan batu, dan sebagainya
Tanah adalah benda alam yang mempunyai 3 dimensi ruang yaitu panjang, lebar dan kedalaman. Setiap tanah mempunyai sifat-sifat yang khas yang merupakan hasil kerja faktor-faktor pembentuk tanah. Akibat bekerjanya faktor-faktor pembentuk tanah ini maka setiap jenis tanah akan menampakan profil yang berbeda.
Ciri-ciri morfologi suatu tanah sangat berguna untuk mengetahui jenis tanah dan tingkat kesuburan tanahnya. Segala budidaya akan lebih tepat, bila berdasarkan pada sifat morfologi tersebut. Pengamatan profil meliputi pengamatan dalam profil itu sendiri dan pengamatan faktor sekeliling yang mempengaruhi proses pembentukan tanah. Termasuk faktor sekeliling antara lain : vegetasi yang ada, kedalaman air tanah, topografi, usaha tani, ada tidaknya faktor penghambat seperti bahaya banjir, erosi, salinitas, keadaan berbatu dan sebagainya. Oleh karena itu, dengan pengamatan profil dapat diketahui ciri-ciri morfologi profil, seperti : warna, tekstur, struktur, konsistensi, pH, perakaran, kedalaman efekif, bentukan istimewa seperti konkresi, horison praciri. Juga dapat diketahui faktor sekelilingnya, yaitu : relief, lereng (posisi dan bentuk), bentuk wilayah, ketinggian tempat, bahan induk, drainase (kelas), permeabilitas, bentuk erosi, vegetasi, iklim, curah hujan, permukaan air tanah, usaha tani, keadaan batu dan sebagainya.
Tanah jika dilihat lebih teliti mempunyai ciri-ciri yang dapat dilihat di lapang (representatif). Kalau kita memotong tanah secara melintang, yang mula-mula kita dapatkan adalah lapisan mendatar. Irisan semacam ini disebut profil dan lapisan-lapisan terlihat itu masing-masing disebut horison. ( Buckman & Brady : 1982 ).
Horison-horison diatas bahan induk ini disebut solum (tanah, ladang atau sebidang tanah). Tiap tanah berkembang dengan baik dan masih keadaan asli mempunyai sifat-sifat keadaan yang khas. Sifat-sifat ini dipakai dalam klasifikasi dan survei tanah dan sangat besar manfaatnya. Untuk menentukan pendapat tentang tanah, sifat-sifat profil perlu diperhatikan sebagai pertimbangan.
Menurut Buckman dan Brady (1982), menyatakan bahwa tanah dibagi atas tanah olah atau tanah atas dan subsoil. Tanah atas adalah lapisan tanah sebagai hasil penimbunan bahan organik, sehingga berwarna gelap. Subsoil adalah tanah yang berada di bawah tanah atas yang mengalami pelapukan, kandungan bahan organik lebih sedikit. Lapisan ini dibagi menjadi daerah transisi (peralihan) sebelah atas, daerah penimbunan sebelah bawah.
Tanah mengalami transisi dari lapisan satu kelapisan yang lain secara berangsur-angsur. Meski demikian, horison-horison dalam tanah masih bisa dibedakan, karena setiap horison memiliki ciri dan sifat yang khas. Bila banyak faktor yang berangkat dalam pembentukan tanah maka akan mempengaruhi perkembangan beberapa lapisan. Adapun pengaruh topografi adalah mengubah perkembangan profil tanah dalam 3 cara, yaitu :
1.      Mempengaruhi jumlah presiptasi yang diabsorpsi dan ditahan dalam tanah, hal ini mempengaruhi kelembaban.
2.      Mempengaruhi kecepatan perpindahan tanah oleh erosi.
3.      Mengarahkan gerakan bahan-bahan dalam suspensi atau larutan dari daerah yang satu ke daerah yang lain.
Drainase merupakan satu ukuran dari kecenderungan bagi air untuk meninggalkan tanah. Drainase yang baik terjadi pada lereng-lereng, tanah dan bahan induknya permeabel serta lapisan kedap air berada di bawah permukaan daerah yang bertekanan, daerah tersebut akan memiliki drainase yang kurang baik. Hal ini disebabkan oleh akumulasi air dan horison-horison tanah kurang permeabel atau adanya lapisan kedap air di permukaan tanah. Akibat drainase yang kurang baik ialah menghambat gerakan partikel vertikal air, translokasi koloid-koloid dan perpindahan hasil terlarut.
Kemiringan  mempengaruhi pembentukan tanah. Salah satu pengaruhnya adalah timbul penundaan dalam pembentukan tanah. Peningkatan kemiringan akan mengakibatkan pengurangan dalam pencucian, kandungan bahan organik, translokasi lempung, pelapukan mineral, diferesiasi horison dan ketebalan solum. Kecuraman lereng yang semakin meningkat, akan mengakibatkan terjadinya aliran permukaan dan erosi yang lebih besar, tanah bergerak perlahan-lahan, inflitrasi air kurang dan air kurang tersedia bagi aktivitas kimia dan biologi. Kecepatan erosi akan meningkat jika dipengaruhi oleh jumlah, intensitas dan penyebaran musiman curah hujan, kemiringan dan panjang lereng topografi, ukuran dan penutup daerah aliran sungai ( DAS ), ada tidaknya saluran-saluran, tipe vegetasi penutup dan sifat tanah.
Hutan dan padang rumput merupakan pelindung terbaik terhadap erosi, namun ada pula tanaman sela yang cenderung membantu erosi. Misalnya, tanaman yang dipakai waktu tanah, berguna untuk mengendalikan erosi, menaikan inflasi, mengurangi penguapan dan mengawetkan granulasi. Untuk mengetahui kadar kapur dalam tanah maka digunakan larutan HCl.









































BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.    Alat dan bahan
Alat
·         Bor tanah
·         Abney level (clinometer)
·         Kompas
·         Altimeter
·         pH saku
·         Botol semprot
·         Kertas label
·         Meteran
·         Daftar isian profil
·         Larutan H2O2 3%
·         Larutan HCl 10%
·         Larutan αα-dipiridil dalam 1N NH4Oac
·         Aquades
·         Buku Munsell Soil Color Chart
·         Kantong plastik
·         Spidol
·         Buku pedoman pengamatan tanah di lapang.


B. Cara Kerja
a.   Memilih tempat pembuatan profil. Sebelumnya dilakukan dengan pengeboran (boring) di tempat-tempat sekitar profil yang akan dibuat sedalam 1 meter pada 2 atau 3 tempat berjarak 1 meter, yang berguna supaya tercapai keseragaman.
b.   Menggali lubang sedemikian rupa sehingga terbentuk profil tanah dengan ukuran panjang 2 m, lebar 1,5 m, dan kedalaman 1,5 m. Di depan bidang pengamatan profil dibuat tangga (trap) ke bawah untuk memudahkan pengamat turun.
























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanah bila dipotong secara melinyang akan didapati lapisan mendatar. Irisan semacam ini disebut profil tanah, serta lapisan-lapisan yang terlihat itu masing-masing disebut dengan nama horison. Setiap tanah yang berkembang dengan baik dan dalam keadaan yang asli masih mempunyai sifat-sifat profil yang khas.
Profil lengkap mengenai tubuh tanah yang telah berkembang akan memperluhatkan sejumlah horizon, yang tersusun dari atas ke bawah berdasarkan runtutan genetis. Horizon yang paling atas merupakan horizon dengan tingkat perkembangan paling lanjut dan semakin ke bawah tingkat perkembangannya semakin berkurang.
Pada praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah acara pengenalan profil tanah, pengamatan profil tanah dilakukan pada sebuah lubang pada tanah dengan panjang 2 m, lebar 1,5 m, dan kedalaman 1,5 m. Pengamatan ini dilakukan pada jenis tanah inceptisol. Dari pengamatan tersebut diperoleh data sebagai berikut :









Tabel 1. Pengamatan Profil Tanah
Nomor Lapisan
1
2
3
4
5

Dalam Lapisan
(cm)
1 – 30
1 - 50
1 - 95
1 - 111
1 – 127

Simbol Lapisan
A
B
C
D
E

Batas Lapisan
a
b
g
D
a
b
g
d
a
B
g
d
a
b
g
d
A
B
G
d
Batas Topografi
s
w
i
B
s
w
i
b
s
W
i
b
s
w
i
b
S
W
I
b
Warna Tanah
(Matriks)
5 YR 3/2
10 YR 3/4
10 YR 2/2
5 YR 3/3
2,5 YR 3/4

Tekstur Tanah
s
gr
cl
Si
L
s
gr
cl
Si
l
S
gr
cl
Si
l
s
Gr
cl
Si
l
S
gr
cl
Si
l

Kandungan Bahan Kasar-kasar (Konkresi / hablur /fragmen)
Fe
Ca
Fe
Ca
Fe
Ca
Fe
Ca
Fe
Ca

Mn
B
Mn
B
Mn
B
Mn
B
Mn
B

Struktur Tanah
0
1
2
3
VF
F
M
C
VC
pl
p
cp
ab
b
sb
g
cr
l
m
0
1
2
3
VF
F
M
C
VC
pl
p
cp
ab
b
sb
g
cr
l
m
0
1
2
3
VF
F
M
C
VC
pl
p
cp
ab
b
sb
g
cr
l
m
0
1
2
3
VF
F
M
C
VC
pl
p
cp
ab
b
sb
g
cr
l
m
0
1
2
3
VF
F
M
C
VC
pl
p
cp
ab
b
sb
g
cr
l
m

Konsistensi
B
L
K
B
L
K
B
L
K
B
L
K
B
L
K
so
ss
s
vs
po
ps
vp
p

l
vf
f
t
vt
et
l
s
sh
h
vh
eh
so
ss
s
vs
po
ps
vp
p

l
vf
f
t
vt
et
so
ss
s
vs
po
ps
vp
p

So
ss
s
vs
po
ps
vp
p

l
vf
f
t
vt
et
so
ss
s
vs
po
ps
vp
p

so
ss
s
vs
po
ps
vp
p

L
vf
f
t
vt
et
so
ss
s
vs
po
ps
vp
p

so
ss
s
vs
po
ps
vp
p

l
vf
f
t
vt
et
so
ss
s
vs
po
ps
vp
p

PH Tanah
(lapang)
6
5
6
5
5

Reaksi terhadap HCl
+
+
+
+
+ + +

Reaksi terhadap H2O2
+ + + +
+ + + +
+ + +
+ +
+ + +

Perakaran :
·     Halus
·     Sedang
·     Kasar

+ + +
+ +
+

+ +
-
-

+ + +
+ +
+

+ + +
+ +
+

+ + +
+ +
+


Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa pada tanah yang telah kita amati terdapat 5 lapisan horizon yang khas. Lapisan yang paling atas adalah lapisan horizon 1 (A) dengan kedalaman 1 – 30 cm, yang mempunyai batas lapisan diffuse atau baur yaitu dengan batas peralihan > 12,5 cm. Sedangkan batas horizon topografinya adalah broken (b) atau terputus. Yang berarti horizon tidak dapat disambungkan. Di bawah lapisan horizon 1 (A) terdapat lapisan horizon 2 (B) dengan kedalaman 1 – 50 cm, yang mempunyai batas lapisan diffuse atau baur dengan batas horizon topografinya adalah broken (b) atau terputus. Yang berarti horizon tidak dapat disambungkan. Lapisan selanjutnya yang berada di bawah lapisan horizon 2 (B) adalah lapisan horizon 3 (C). Lapisan horizon 3 (C) dengan kedalaman 1 – 72 cm dengan batas lapisan diffuse atau baur dan batas horizon topografi adalah smooth (s) atau rata, yang berarti batas topografinya lurus teratur. Adapun lapisan di bawahnya adalah lapisan horizon 4 (D). Lapisan horizon 4 (D) memilki kedalaman 1 – 95 cm dengan batas lapisan diffuse atau baur dan batas horizon topografinya adalah smooth (s) atau rata. Lapisan terakhir atau lapisan yang paling bawah adalah lapisan horizon 5 (E). Lapisan ini memiliki kedalaman 1 – 127 cm dengan batas lapisan diffuse atau baur dan batas horizon topografinya adalah broken (b) atau terputus.
Setelah masing-masing horizon diketahui batasnya, maka pengamatan selanjutnya dilakukan terhadap warna tanah, tekstur tanah, kandungan bahan-bahan organik di dalam tanah, struktur tanah,konsistensi tanah, dan banyak hal algi yang bisa diamatiuntuk mengetahui profil suatu tanah.
Warna pada tanah dapat diketahui dengan melihat buku Munsell Soil Colour Chart, buku ini merupakan buku pedoman untuk pemberian warna tanah. Buku Munsell Soil Colour Chart dipublikasikan oleh Badan Pertanian Amerika Serikat (USDA). Warna pada suatu lapisan tanah iu menunjukkan kandungan bahan organik dalam suatu lapisan tanah. Dari buku pedoman tersebut dapat diketahui bahwa dari kelima lapisan horizon tersebut memiliki warna tanah yang berbeda-beda. Lapisan horizon 1 (A) memiliki warna dark reddish brown dengan notasi warna 5YR 3/2. Lapisan horizon 2 (B) memiliki warna dark reddish brown dengan notasi warna 10YR 3/4. Lapisan warna selanjutnya adalah lapisan horizon 3 (C) memiliki warna dark reddish brown dengan notasi warna 10YR 2/2. Lapisan horizon 4 (D) memiliki warna dark reddish brown dengan notasi warna 5YR 3/3. dan lapisan yang paling bawah adalah apisan horizon 5 (E) memiliki warna very dark brown dengan notasi warna 2,5YR 3/4. warna tanah merupakan ungkapan kualitatif tetapi dapat juga menjadi sebuah ungkapan kuantitatif, yaitu apabila dalam menguraikan warna tanah dengan komponen hue, value, dan chroma. Dengan menggunakan ketiga komponen itu maka warna tanah dapat diperlakukan sebagai suatu variabel.
Pada pengamatan selanjutnya yang diamati adalah mengenai tekstur tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu, dan liat dalam suatu massa tanah. Dalam pengamatan terhadap cara penetapan tekstur tanah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kualitatif dan cara kuantitatif. Cara kualitatif merupakan cara penetapan tekstur di lapang sedangkan cara kuantitatif adalah merupakan cara penetapan tekstur tanah di laboratorium, yaitu dengan menggunakan metode pipet. Dengan menggunakan pipet kita dapat mengetahiu banyaknya kandungan kapur dalam tanah, yaitu dengan menggunakan larutan HCl. Selain larutan HCl pada praktikum kali ini juga digunakan cairan H2O2 yang dapat digunakan untuk mengetahui kandungan bahan organik. Dalam pengamatan tekstur tanah dapat diketahui bahwa lapisan 1 memiliki tekstur tanah lempung, lapisan 2 lempung berliat, lapisan 3 lempung berdebu, lapisan 4 lempung berliat, dan lapisan 5 memiliki tekstur pasir berlempung.
Penggunaan larutan HCl, berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada lapisan 1, 2, dan 3 hanya memberikan sedikit reaksi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan terdapatnya busa yang keluar dari tanah pada saat larutan HCl diberikan pada tanah. Karena keluarnya busa dari tanah yang telah diberikan HCl tadi, maka dapat diketahui bahwa tanah tersebut mengandung sedikit kapur. Sedangkan pada lapisan 4 dan lapisan 5 setelah diberikan larutan HCl pada tanahnya, tanah tersebut mengeluarkan sedikit busa. Hal ini menunjukkanbahwa pada tanah lapisan 4 dan 5 memiliki kandungan kapur dengan jumlah yang lebih banyak.
Pada tanah selain diberikan larutan HCl 3% juga diberikan larutan H2O2 10%. Dari pemberian larutan tersebut dapat diketahui bahwa lapisan 1 dan 2 memiliki banyak kandungan bahan organik. Pada lapisan 3 dan 5 mengandung cukup banyak kandungan bahan organik. Dan pada lapisan 4 hanya mengandung sedikit bahan organik. Dengan mengetahui kandungan bahan organik yang terdapat dalam tanah, maka warna tanah dapat ditentukan dengan melihat warna tanah itu sendiri. Semakin gelap warna tanah maka semakin banyak kandungan organik yang dimiliki oleh tanah tersebut. Pada kenyataannya di lapangan sering ditemukan kasus bahwa lapisan tanah yang lebih bawahlah yang memiliki kandungan bahan organik yang lebih banyak bila dibandingkan dengan lapisan tanah di atasnya. Hal ini dapat disebabkan karena keadaan profil yang sudah tidak lagi alami atau dapat dikatakan telah mendapat campur tangan manusia. Selain itu dapat juga disebabkan oleh adanya erosi, terdapatnya horison pencucian atau dapat juga disebabkan karena keadaan tanah yang lembab, yaitu kedaan tanah setelah hujan.
Warna tanah selain dapat menunjukkan banyak tidaknya kandungan bahan organik di dalam tanah juga dapat menunjukkan jenis bahan organik atau unsur hara apa yang terdapat atau terkandung di dalam tanah tersebut. Pada pengamatan yang kami lakukan terhadap jenis tanah inceptisol ini ternyata di semua lapisan tanah memiliki kandungan unsur hara besi  (Fe) dan mangan (Mn). Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya warna tanah hitam dan merah pada semua sampel tanah yang diambil dari setiap lapisan horizon. Warna merah tua pada tanah menunjukkan kandungan Fe dan warna hitam menunjukkan kandungan Mn.
Setelah mengamati tekstur, batas, dan pengamatan lainnya yang telah dilakukan pada praktikum acara profil tanah ini, yang diamati selanjutnya adalah mengamti mengenai struktur dan konsistensi tanah. Dalam pengamatan terhadap struktur tanah, pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan mengenai derajat struktur tanah, kelas struktur tanah, dan juga bentuk struktur dari tanah. Dari praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa semua lapisan atau dari lapisan 1 sampai lapisan 5, semua lapisan itu memiliki derajat struktur yang lemah. Derajat struktur yang disimbolkan oleh angka 1 ini memiliki pengertian yaitu apabila ped yang terbentuk jika tersinggung akan mudah hancur. Derajat struktur lemah ini dibedakan lagi menjadi derajat struktur sangat lemah dan derajat struktur agak lemah. Teatpi dalam pengamatan yang telah kami lakukan pada 5 lapisan tanah, kami dapat menyimpulkan bahwa kelima lapisan tanah itu tergolong ke dalam derajat struktur yang agak lemah karena jika tanah tersinggung, serpihan tanah yang hancur masih dapat dilihat atau dipegang oleh pengamat. Dari pengamatan mengenai struktur tanah, selain kita mengetahui tentang derajat struktur dari masing-masing lapisan, kita juga dapat mengetahui bentuk dan juga kelas struktur tanah dari masing-masing lapisan. Lapisan 1 dan 5memiliki bentuk struktur tanah angular blocky (ab) atau gumpal bersudut. Sedangkan lapisan 2 sampai lapisan 4 memiliki bentuk struktur tanah subangular blocky (sb) atau gumpal membulat. Sedangkan pada kelas struktur tanah dari kelima lapisan itu adalah merupakan kelas struktur tanah yang sama , yaitu kelas struktur tanah yang sangat halus atau biasa disimbolkan dengan simbol VF.
Setelah membahas mengenai struktur tanah, selanjutnya yang akan diamati dan dibahas adalah mengenai konsistensi tanah. Cara untuk melakukan konsistensi pada tanah adalah dengan cara memijat tanah menggunakan ibu jari dan telunjuk. Dalam mengamati saat kita melakukan konsistensi dapat dibedakan menjadi 3 pengamatan, yaitu pengamatan pada saat konsistensi basah, lembab, dan kering. Pada konsistensi basah ada dua faktor yang diamati yaitu kelekatan (stickness) dan keliatan (plasticity). Sedangkan pada konsistensi lembab dan kering hanya diamati satu faktor saja. Kelekatan (stickness) pada lapisan 1 adalah sama dengan kelekatan pada lapisan 2, 3, dan 5 yaitu slighyly stick (ss) atau agak lekat. Kelekatan dari ss ini hanyalah sedikit  yaitu hanya sedikit melekat pada satu jari tangan dan juga mudah lepas. Sedangkan pada lapisan 4 memiliki kelekatan sticky (s) atau lekat, yaitu melekat pada dua jari dan bila ditarik massa tanah tersebut akan elastis antara jari dengan massa tanah. Selanjutnya yang diamati pada konsistensi tanah adalah  keliatan (plasticity). Dari setiap lapisan pada konsistensi basah diamati mengenai keliatan atau sifat plastisnya (plasticity). Lapisan 1, 2 dan 4 memiliki keliatan plastis (p) atau plastic, yaitu dapat membentuk gulungan kecil dan elastis, serta akan berubah bentuknya jika ditekan. Lapisan 3 dan 5 memiliki keliatan plastic slightly (ps) atau agak plastis, yaitu dapat membentuk gulungan kecil yang medah diubah bentuknya.
Selanjutnya setelah pengamatan dilakukan pada konsistensi basah, maka pengamatan dilanjutkan pada konsistensi lembab. Dari tabel pengamatan profil tanah di atas dapat diketahui bahwa lapisan 1, 2, dan 4 memiliki tingkat konsistensi lembab yang sama, yaitu very friable (vf) atau sangat gembur. Pada lapisan 3 memiliki tingkat konsistensi lembab atau loose (l). Yaitu butir-butir saling terlepas. Dan pada lapisan yang terakhir, yaitu lapisan 5 memiliki tingkat konsistensi lembab yang friable (f) atau gembur. Pengamatan terhadap konsistensi yang terakhir adalah pengamatan terhadap konsistensi kering. Pada pengamatan ini pada lapisan 2, 3, dan 5 tidak terdapat konsistensi kering. Sedangkan pada lapisan 1 dan 4 memiliki konsistensi lunak atau soft (s).
Untuk mengetahui PH pada tanah digunakan PH saku, yaitu dengan mengambil sedikit contoh tanah pada setiap lapisannya lalu mencampur tanah itu dengan air selama 15 menit dengan tanah terus dikocok. Setelah tanah yang dikocok itu mengendap barulah PH diukur dengan menggunakan PH saku, yaitu dengan mencocokkn warna air tanah pada alat pengambil warna tanah dengan buku PH saku.
Selain profil tanah dari dalam profil itu sendiri juga harus diamati profil di sekitar lingkungan profil tanah itu sendiri. Dari lingkungan profil ituyang dapat diamati antara lain adalah vegetasi. Vegetasi yang terdapat di sekitar tanah profil adalah babandotan, rumput teki, pohon kelapa, dan tanaman-tanaman lainnya.
Pembahasan.
Ø Warna
Warna menunjukan beberapa sifat tanah. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor yang terdapat di dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah disebabkan oleh kadar kandungan bahan organik yang terdapat dalam tanah tersebut. Tanah yang berada di lapisan-lapisan bawah pada umumnya kandungan bahan organiknya rendah. Makin tinggi kadar bahan organik dalam tanah, warna tanah tersebut semakin gelap.
Hasil pengamatan kelompok A pada tanah kedalaman 0 – 35 cm, didapat tanah berwarna coklat kehitaman ( 10 YR 2/2 , very dark brown ). Batas lapisan adalah diffuse (baur) dengan batas peralihannya > 12,5 cm. Batas topografi adalah berombak (wavy), berbentuk kantong, lebar > dalam. Dari hasil pengamatan di atas, dapat disimpulkan bahwa tanah tersebut kaya akan bahan organik. Hal ini ditunjukan dengan gelapnya warna tanah (very dark brown / coklat kehitaman). Dan juga, tanah tersebut berada pada lapisan top soil (humus) yang banyak mengandung unsur hara.
Hasil pengamatan pada kelompok B dengan tanah mencapai kedalaman 35 – 66 cm. Memiliki batas lapisan diffuse (baur) dengan batas peralihan > 12,5 cm. Batas topografi adalah irregular (tidak teratur) berbentuk kantong, lebar < dalam. Tanah berwarna dark brown dengan notasi 5 YR ¾.
Lapisan selanjutnya, kelompok C dengan kedalaman tanah 66 – 85 cm. Profil memiliki batas lapisan yang baur (diffuse) dengan batas peralihan > 12,5 cm dan batas topografi irregular (tidak teratur). Tanah berwarna
Pada kelompok D (kedalaman 85 – 107 cm), profil memiliki batas lapisan yang baur dan batas topografi yang tidak teratur. Tanah berwarna 5 YR 3/4 , dark reddish.
Kedalaman 107 – 138 pada kelompok E, didapatkan hasil yang sama dengan tanah kelompok D, tetapi mempunyai warna yang berbeda yaitu 5 YR 3/3 dark reddish brown.
Ø Tekstur Tanah.
 Di lapang, tekstur dapat ditentukan dengan cara memijit tanah basah di antara ibu jari dengan telunjuk sambil dirasakan halus tidaknya tanah. Tanah dirasakan kandungan butir pasir, debu atau liat. Pada pengamatan kali ini tanah yang diamati bertekstur lempung (loam). Tanah lempung bertekstur : rasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibuat bola agak teguh dan dapat dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat. Tanah ini merupakan jenis tanah yang diamati oleh semua kelompok.
Tanah terdiri dari butir-butir tanah dengan berbagai ukuran. Bagian tanah yang berukuran > 2 mm disebut tanah kasar. Bahan-bahan tanah yang lebih halus dapat dibedakan menjadi :
-          pasir : 2 mm – 50 µm
-          debu : 50 µm – 2 µm.
-          liat : < 2 µm.
Tekstur menunjukan kasar halusnya tanah berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat. Tanah lempung termasuk kelas sedang. Tekstur tanah yang berupa lempung ini mempunyai kandungan bahanorganik yang cukup tinggi. Tanah yang bertekstur lempung akan sulit diolah karena memilki kandungan liat tinggi dan mempunyai derajat kerut yang tinggi. Tanah lempung termasuk tanah berat.
Ø Topografi dan Perakaran.
Panjang lereng, kemiringan (slope) dan bentuk lereng termasuk dalam faktor topografi yang mempengaruhi.
- Pengaruh panjang lereng terhadap erosi berdasarkan penelitian antara lain menyatakan bahwa makin panjang lereng maka berlangsungnya erosi makin besar. Makin panjang lereng, kecepatan aliran permukaan akan makin besar. Dengan demikian, tanah permukaan yang terkikis dan kemudian terhanyutkan menjadi bertambah besar. Makin panjang lereng, kecepatan aliran permukaan akan makin besar dan kuat sehingga penggerusan tanah atau daya kikisnya terhadap tanahpun makin besar. Tanah permukaan yang terkikis dan kemudian terhanyutkan menjadi besar. Kemiringan lereng pada pengamatan kali ini sebesar 3 – 4 %. Oleh karena itu, termasuk pada kemiringan yang tidak curam sehingga aliran air (baik di permukaan atau di bawah tanah) tidak sederas aliran air di tanah yang mempunyai kemiringan yang curam. Dataran dengan kemiringan 0 – 4 % dan dengan ketinggian ± 500 m di atas permukaan air laut merupakan dataran rendah. Dengan kondisi relief di dataran rendah, suhu akan mengalami peningkatan dan mempengaruhi warna tanah. Tanah ini memiliki solum yang besar, kandungan bahan organik yang tinggi dibandingkan dengan tanah-tanah yang memiliki kemiringan yang besar. Tingginya curah hujan dan drainse mengakibatkan pembentukan tekstur dan struktur tanah yang berbeda antara satu lapisan dengan lapisan yang lain. Topografi amat mempengaruhi kondisi drainase dan permukaan air tanah (ground water level). Akumulasi bahan organik biasanya terjadi jika kandungan drainase tanah jelek, sehingga tanah yang kekurangan oksigen pada kondisi ini akan mengawetkan bahan organik terutama jika air tergenang.
   Topografi mempengaruhi perkembangan pembentukan profil tanah atas tiga hal
1.      Topografi mempengaruhi jumlah curah hujan terabsorpsi dan   penyimpanannya di dalam tanah.
2.      Topografi mempengaruhi tingkat perpindahan tanah atas oleh erosi.
3.      Topografi mempengaruhi arah gerakan-gerakan bahan-bahan dalam suspensi atau larutan dari satu tempat ke tempat lain.
   Hal ini dapat kita perhatikan dengan adanya kesamaan tekstur dan struktur tanah. Adanya vegetasi penutup (jagung, kelapa dan rumput) disekitar tanah yang diamati, dimungkinkan terjadinya erosi kecil. Perakaran vegetasi yang diamati pada profil tanah masih dapat diamati pada kedalaman 69 cm dari dasar tanah pengamatan atau 69 cm dari permukaan tanah untuk perakaran dengan akar halus. Sedangkan untuk perakaran yang kasar mencapai 71 cm dari permukaan tanah. Hal ini menunjukan bahwa lapisan-lapisan tanah tersebut berpori dan lapisan kedap air kurang begitu banyak. Dengan perakaran seperti diatas memiliki perakaran sedang.


Ø Kandungan Bahan Kasar (koreksi/hablur/fragmen)
Kandungan bahan kasar merupakan unsur hara esensial yang dikandung tanah. Unsur hara esensial adalah unsur hara yang sangat diperlukan bagi tanaman dan fungsinya dalam tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain, sehingga bila tidak tersedia dalam jumlah yang cukup di dalam tanah, tanaman tidak dapat tumbuh secara normal.
 Unsur hara esensial dalam tanah dibedakan menjadi 2 yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro (unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang besar) terdiri dari karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan belerang (S). Unsur hara mikro (unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil) terdiri dari besi (Fe), mangan (Mn), boron (B), molobidium (Mo), tembaga (Cu), seng (Zn), klorin (Cl) dan kobalt (Co). Unsur hara makro dibedakan menjadi 2 yaitu unsur pembangun atau pembentuk (C, H, O, N, P dan S) dan unsur pengaru (P, S, K, Ca, Mg dan unsur hara renik).
Dari hasil pengamatan, dari tanah lapisan A dan B mengandung unsur Fe ,Ca dan Mn. Sedangkan pada lapisan C, D dan E berturut-turut Fe, Mn ; Mn; dan kosong. Jadi, semakin ke bawah kandungan Fe-nya semakin berkurang. Untuk mengenali kandungan bahan kasar pada tanah yaitu dengan mengamati warna tanah. Jika warna tanahnya hitam berarti mengandung Mn, jika warna tanah cokelat berarti mengandung Fe. Unsur Mn diperlukan tanaman untuk pembentukan zat protein, vitamin, mempertahankan keadaan klorofil daun dan sebagai katalisator proses reduksi nitrat. Unsur Fe diperlukan untuk pembentukan klorofil, zat karbohidrat, lemak, protein dan enzim serta berperan sebagai katalisator pada proses poliskarida. Unsur Ca diperlukan untuk penyusunan dinding-dinding sel tanaman, pembelahan sel dan untuk tumbuh (elongation).
Agar tanaman dapat tumbuh baik perlu adanya keseimbangan jumlah unsur hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman akan unsur hara tersebut. Beberapa akibat dari ketidakseimbangan tersebut antara lain :
1.      Kelebihan Cu atau sulfat akan menghambat penyerapan Mo.
2.      Terlalu banyak Zn, Mn dan Cu dapat menyebabkan kekuranagn Fe.
3.      Terlalu banyak P dapat menyebabkan kekurangan Cu, Fe dan Cu.
4.      Terlalu banyak N dapat menyebabkan kekurangan Cu.
5.      Kelebihan N atau K dapat mempersulit penyerapan Mn.
6.      Terlalu banyak kapur, menghambat penyerapan B.
7.      Kelebihan Fe, Cu dan Zn dapat mengurangi penyerapan Mn.
Ø Struktur Tanah.
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Struktur adalah istilah lapangan yang tegas melukiskan secara garis besar keseluruhan agresi atau susunan butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan (ketahanan yang berbeda-beda).
Komponen struktur tanah dibagi menjadi 3 yaitu tipe struktur (bentuk dan susuna agregat), kelas struktur (ukuran) dan derajat struktur (kemantapan atau kekuatan agregat).
1.      Tipe struktur / bentuk struktur.
Tipe struktur terdiri dari lempeng (platy), tiang (prismatik dan columner), gumpal (sub angular dan angular), remah (crumb), kersai (granular), pejal (massive) dan berbutir tunggal. Menurut hasil pengamatan, semua lapisan tanah yang diamati bertipe struktur gumpal (blocky). Dalam struktur gumpal agregat asal terbentuk sederhana menjadi balok-balok bermuka enam, tidak beraturan, ketiga ukurannya kurang lebih sama panjang. Tipe ini terbatas dalam sub soil, tingkat perkembangannya dan ciri-ciri lainnya banyak hubungannya dengan drainase, aerasi dan penembusan akar.
2.      Kelas struktur (ukuran).
Kelas struktur merupakan ukuran dari tanah. Ukuran masing-masing kelas menurut bentuk struktur tanah. Setiap bentuk struktur mempunyai ukuran yang berbeda-beda dalam kelas struktur. Pada lapisan A, B dan C memiliki tipe gumpal, berukuran sangat halus (very fine) dengan ukuran butiran tanah < 5 mm. Pada tanah lapisan D dan E mempunyai tipe gumpal, berukuran halus (fine) dengan diameter butiran tanah 5 – 10 mm.
3.      Derajat struktur (kemantapan atau kekuatan agregat).
 Derajat struktur tanah diamati berdasarkan kuat lemahnya agregat yang terbentuk, dibedakan menjadi :
0          =  tak beragregat, untuk tipe pejal dan berbutir tunggal.
1   = lemah, ped yang terbentuk jika tersinggung mudah hancur menjadi                       pecahan yang lebih kecil, dibedakan sangat lemah dan agak lemah.
2        = cukupan, sudah terbentuk ped yang jelas dan masih dapat dipecahkan.
3        = kuat, telah terbentuk ped yang tahan lama dan ada adhesi lemah satu sama lain. Jika dipecah agak terasa ada tahanan, dibedakan derajatnya menjadi sangat kuat dan cukup kuat.
Pada tanah lapisan A, B dan C memiliki derajat struktur lemah. Tanah tersebut jika tersinggung mudah hancur menjadi pecahan yang lebih kecil. Sedangkan pada lapisan D dan E, tanah memiliki derajat struktur cukupan. Tanah tersebut sudah terbentuk ped yang jelas tetapi masih dapat dipecahkan. Jadi, semakin ke bawah lapisan tanah, derajat struktur semakin meningkat atau besar.
Ø Konsistensi Tanah.
Konsistensi tanah menunjukan kekuatan daya adhesi dan kohesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukan oleh daya tahan terhadap gaya akan mengubah bentuk. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan percobaan konsistensi tanah tersebut bermacam-macam tergantung dari tekstur, kadar bahan organik, kadar dan khuluk bahan koloid dan terutama kadar lengas tanah.
Konsistensi tanah diklasifikasikan sebagai berikut :
1.       Konsistensi lekat, memiliki tanda-tanda dapat melekat atau melengketi bermacam-macam bahan yang mengenainya.
2.      Konsistensi liat atau plastik, memiliki tanda-tanda liat dan atau kemampuan untuk diubah-ubah bentuknya.
3.      Konsistensi lunak, memiliki tanda-tanda kegemburan.
4.      Konsistensi keras, memiliki kekhususan sebagai gumpalan tanah dengan keras dan bila dibelah akan pecah-pecah.
Pada pengamatan kali ini menggunakan konsistensi basah ( kelekatan dan keliatan ) dan konsistensi lembab. Konsistensi-konsistensi tersebut di atas diklasifikasikan :
1. Konsistensi Basah.
    Konsistensi basah diamati sifat kelekatannya (stickness) dan        keliatannya/sifat plastis (plasticity), pembagiannya sebagai berikut :
    Kelekatan (stickness) :
    so. = tak lekat (non sticky), tak ada yang melekat pada jari.
    ss. = agak lekat (slightly sticky), sedikit melekat pada satu jari yang mudah            lepas.
                  s. = lekat (sticky), melekat pada dua jari, kalau ditarik massa tanah tersebut   elastis antara jari dan massa tanah.
                  ss. = sangat lekat (very sticky), sangat melekat pada kedua jari dan sukar dilepaskan.
    Keliatan (Plasticity) :
    po. =  tidak plastis (non plasic), tidak dapat dibuat pita tanah.
    ps. = agak plastis (slightly plastic), dapat membentuk gulungan kecil yang    mudah diubah bentuknya.
    p. = plastis (plastic), dapat membentuk gulungan kecil dan elastis, berubah bentuknya jika ditekan.
                vp. = sangat plastis (very plastic), membentuk gulungan kecil, hanya dapat diubah  bentuknya dengan pijitan kuat.
2. Konsistensi lembab :
    l.   = lepas (loose), butir-butir terlepas satu dengan lainnya.
    vf. = sangat gembur (very friable), sedikit tekanan sudah hancur.
    f.   = gembur (friable), tekanan agak kuat baru hancur.
    t.   = teguh (firm), massa tanah hancur dengan tekanan sedang.
    vt.  = Sangat teguh (very firm), dengan tekanan sangat kuat baru hancur.
    et. = Sangat teguh sekali (extremely firm), sangat tahan terhadap tekanan    tangan, baru hancur jika diinjak memakai kaki.
Berdasarkan hasil pengamatan tanah pada semua lapisan memiliki konsistensi basah sangat lekat (ss) dan plastis (ps). Sedangkan konsistensi lembab, semua lapisan tanah sangat gembur (vf).
Ø pH Tanah.
Reaksi tanah menunjukan sifat kemasaman atau alkalinitas yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar nilai pH menunjukan banyaknya konsentrasi H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah juga ditemukan ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+ . Pada tanah-tanah masam, jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+ . Bila kandungan ion + dan ion – sama maka tanah bereaksi netral dengan pH 7.
Dalam melakukan pengamatan, tanah dimasukan ke dalam botol film, volume tanah ± 1/3 dan air ± 2/3-nya. Kemudian dikocok hingga homogen. Diamkan selama 5 menit atau lebih hingga air dan tanah memisah. Masukan pH indikator lalu cocokan dengan tabel warna pH. Setelah dicocokan, ternyata semua lapisan mempunyai pH = 6. Hasil menunjukan bahwa tanah-tanah yang diamati mempunyai sifat masam (ph < 7). Ini berarti kandungan ion H+ lebih banyak daripada ion OH-.
Mengamati pH tanah sangat penting karena :
1.      Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara yang diserap tanaman. Pada umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH sekitar netral, karena pada pH tersebut, unsur hara mudah larut dalam air.
2.      Menunjukan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun. Pada tanah-tanah masam banyak ditemukan ion-ion Al didalam tanah, yang kecuali memfiksasi unsur P juga menyerap racun bagi tanaman.
3.      Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme.
Ø Reaksi terhadap HCl
Tanah yang diamati direaksikan dengan HCl digunakan untuk mengetahui kandungan kapur di dalam tanah. Kapur digunakan untuk menaikan pH tanah (tanah yang masam) agar unsur-unsur hara seperti Phosphat, mudah diserap dan menghindari keracunan Al. Dalam reaksi terhadap HCl, contoh tanah masing-masing ditetesi larutan HCl, jika berbuihberarti tanh tersebut tidak mengandung kapur. Begitu juga sebaliknya. Dari hasil pengamatan didapatkan hasil, tanah pada lapisan A, C, D dan E, saat ditetesi larutan HCl berbuih sedikit (++) sedangkan pada lapisan B berbuih banyak (++++). Hal ini menunjukan pada lapisan tanah A, C, D dan E mengandung kapur yang lebih sedikit daripada tanah pada lapisan B.


Ø Reaksi terhadap H2O2 3 %.
Reaksi dengan H2O2 digunakan untuk mengetahui kandungan bahan organik di dalam tanah. Penyusunan bagian terbesar dari bahan organik merupakan sisa-sisa tanaman yang berupa daun-daun, batang dan akar-akar. Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3 – 5 %, tetapi pengaruh ya terhadap sifat-sifat tanh besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah :
1.      Sebagai granulator, yaitu untuk memperbaiki struktur tanah.
2.      Sumber unsur hara N, P dan S unsur mikro dan lain-lain.
3.      Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.
4.      Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara.
5.      Sumber energi bagi mikroorganisme.
Pada hasil pengamatan menunjukan bahwa pada lapisan A, B, D dan E mempunyai kandungan bahan organik yang lebih sedikit dibandingkan dengan tanah pada lapisan C. Pada hasil pengamatan profil, pada pengamatan reaksi dengan H2O2 menunjukan hasil bahwa tanah pada lapisan A, B, D dan E, hanya sedikit bereaksi, sedangkan pada C, bereaksi. Ini menunjukan bahwa tanah lapisan C memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah dari lapisan-lapisan lain.
Macam-macam tanah :
Andisol yaitu tanah yang mempunyai lapisan < 36 cm dengan sifat andik, pada kedalaman > 60 cm,tanah ini dulu disebut dengan andosol.
Entisol yaitu tanah yang masih sangat muda baru tinggkat permulaan dalam berkembang tidak ada horison penciri lain epipedon ochrik, atau histik bila tanah sangat lembek (ENT-Recent= baru ). Tanah ini dulu disebut aluvial atau regosol.
Inceptisol yaiti tanah muda, tetapi lebih berkembang dari entisol (inceptum=permulaan). Umumnya mempunyai horison kambik. Karena tanah belum berkembangan lanjut kebanyakan tanah ini cukup subur. Tanah ini dulu disebut tanah aluvial, regosol,gleihumus, latosol dan lain-lain.
Ultisol yaitu tanah dimana terjadi penimbunan liat dibawah horison (horison argilik) bersifat masam kejenuhan basa (jumlah kation) pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang lebih dari 35%. Tanah ini dulu disebut podzolik merah kuning yang banyak di indonesia.
Vertisol yaitu tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) diseluruh horison mempunyai sifat mengembang dan mengerut (sifat vertik). Kalau kering tanah ini mengerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras, kalau bsah mengembang dan lengket. Ditemukan bidang kilir (slicken side) dan struktur bentuk baji. Tanah ini dulu disbut tanah grumsol atau margalit. ( sarwono, 1966)


















BAB V
PENUTUP


A.    Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari profil tanah ,yaitu mengetahui cara menghitung pH, warna tanah, struktur tanah, tekstur tanah, dan mengetahui tentang horizon – horizon tanah, kita juga dapat membedakan antara tanah yang mengandung bahan organik dan yang tidak .Dapat mengelompokan tanah berdasarkan golongannya seperti vertisol, andisol, entisol, ultisol, inceptisol mungkin masih banyak lagi macam – macam tanah.
Tanah yang digunakan dalam profil sangat bagus digunakan untuk pertanian. Karena tanah di sekitar profil sangat subur. Sangat cocok untuk memproduksi padi. Vegetasi yang tumbuh subur di sekitar bidang profil merupakan contoh bahwa tanah disini baik.




















BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Buckman, Harry O. and Nyle C. Brady, Soegiman (terjemah). 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara: Jakarta.

Foth, Henry D. 1988. Dasar-dasar Ilmu Tanah (terjemahan). Gajah Mada University Press: Yogyakarta.

Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo: Jakarta.

Foth, Henry D. 1988. Dasar-dasar Ilmu Tanah (terjemahan). Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Konstitusi; Yogyakarta.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar